banner header

Sepenggal Kisah dari Suku Tengger (22-24 Januari 2016)


Adzan Subuh berkumandang membangunkan kami yang sedang terlelap di dalam mobil, kami segera keluar dan udara dingin pegunungan dengan sigap menyambut kami. Sekitar 9 mobil milik teman-teman VES community Jawa Timur yang mengantar kami, sudah berjajar rapi di halaman balai desa. Namun ternyata, ini bukan desa yang kami tuju. Kami masih harus melakukan perjalanan kurang lebih 1 jam untuk sampai di SDN Keduwung II, Desa Keduwung Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan yang merupakan desa teratas di kecamatan Puspo. Perjalanan menuju lokasi utama sengaja dilakukan menunggu langit cerah, karena medan yang begitu ekstrim sehingga sangat berisiko tinggi jika kami memaksakan berangkat saat langit masih petang. Setelah Sholat Subuh dan melakukan beberapa persiapan, termasuk memakai kaos Teaching and Traveling 7 1000 guru Surabaya, kami segera berangkat agar tidak kesiangan. Perjalanan keatas diluar perkiraan kami para volunteer, jalan beraspal sudah tidak kami temui lagi, jalanan berliku-liku dan semakin terjal, jalanan berlumpur dan jalanan makadam pun tak menghentikan perjalanan kami yang membawa misi mulia. Ada kendala di beberapa kendaraan sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan ke atas sehingga harus ditinggal di Desa terakhir. Doa selalu kami panjatkan agar diberi kemudahan untuk bisa segera sampai di atas dengan selamat. Jalanan yang begitu ekstrim terbayarkan dengan pemandangan yang begitu indah.


Perjalanan Menuju Desa Keduwung











Senyum ramah  warga menyambut kedatangan kami, ada sekitar 250 kepala keluarga di desa ini. Tak hanya warga yang menyambut kami dengan ramah, anjing-anjingpun yang berkeliaran bebas begitu antusias menyapa kami. Tak lama kemudian, kami melihat siswa-siswi memakai seragam pramuka seadanya, berjajar rapi di depan gedung sekolahnya yang begitu sederhana. Dengan wajah polos dan pipi merah merona khas masyarakat pegunungan, mereka berdiri penuh tanya karena memang mereka belum pernah mendapat tamu seperti kami. Namun tak perlu waktu lama untuk mendapat senyum lembut di wajah mereka, mereka juga begitu ramah dan ceria menyambut kami. Semangat dan antusiasme mereka membuat kami semakin tak sabar untuk memulai kegiatan Teaching bersama mereka. 
Siswa-siswi SDN Keduwung II menyambut kami
         
Hong Ulun Basuki Langgeng”, Salam Kepala Sekolah kepada semua siswa. Merekapun dengan semangat menjawab, “Langgeng basuki!”. Awalnya kami terheran mendengar dialog antara Kepala Sekolah dan Siswa, namun kami teringat bahwa memang suku tengger mayoritas beragama Hindu, dan apa yang diucapkan barusan adalah sebuah salam dan doa kepada Tuhan mereka. Inilah Indonesia, dengan beraneka ragam budaya dan agamanya, kita harus tetap menghargai satu sama lain dan itu bukan menjadi alasan kita untuk berhenti berbagi satu sama lain. Kami menyiapkan beraneka macam media agar pembelajaran yang terbatas oleh waktu menjadi lebih menarik dan berwarna. Memang tidak banyak yang dapat kami berikan, yang terpenting bagi kami adalah pemberian motivasi agar mereka tetap bersemangat untuk menuntut ilmu, mengingat mayoritas pendidikan warga disini hanya lulus SD karena memang hanya ada SD di desa ini, jika mau melanjutkan ke jenjang SMP, mereka harus turun ke desa bawah yang jika ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 1 setengah jam, alangkah sulitnya hal tersebut dilakukan jika tidak ada motivasi yang begitu besar. Dokter, guru, pilot, artis, petani, polisi, bahkan ada diantara mereka yang bercita-cita menjadi presiden. Yang jelas, dimanapun kita berada, dari rahim siapapun kita terlahir, kita masih mempunyai hak yang sama, yaitu bermimpi. Karena yang terpenting bukan dari mana kita, tapi mau kemana kita kelak. Dengan penuh semangat mereka menulis mimpi mereka di bintang harapan.
Ice breaking sebelum masuk kelas
Bintang Harapan
Kabut mulai naik, udara dingin terasa semakin menusuk tubuh kami yang belum terbiasa tinggal di daerah pegunungan. Kegiatan Teaching berakhir kurang lebih pukul 12.00, setelah itu pembagian bingkisan berupa tas dan peralatan sekolah lainnya dengan harapan membakar lagi semangat mereka. Kegiatan kami tak berhenti sampai disana. Pada hari itu, teragendakan juga kegiatan berobat gratis yang dilaksanakan di polindes bekerja sama dengan puskesmas wilayah setempat, selain itu juga akan dilakukan pembagian sembako bagi siswa SDN Keduwung II yang kurang mampu, dimana kami akan melakukan kunjungan langsung di rumah siswa. Namun, kegiatan sempat tertunda sebentar karena hujan lebat yang turun. Hujan mampu memberhentikan sejenak aktivitas kami, namun hujan takkan mampu memberhentikan semangat kami untuk berbagi. Kami pun tetap melanjutkan kegiatan dengan memakai jas hujan yang sudah kami bawa dari rumah masing-masing.
Sore harinya, tanpa ada yang mengkomando adik-adik suku tengger berkumpul dihalaman sekolah, kami pun melupakan waktu istirahat dan segera beranjak bermain dengan mereka. Suasana sore yang begitu dingin, terhangatkan dengan keceriaan kami. Kami bermain mulai dari petak umpet, kucing dan tikus, domikado, cublek-cublek suweng, hingga tebak-tebakkan. Semua penuh dengan tawa canda. Sore hari itu, kami tutup dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lantunan lagu kebanggaan untuk negeri nan indah ini.
Malam harinya kami bersama seluruh tim melakukan sharing season, saat yang tepat untuk saling mengenal satu sama lain agar lebih dekat. Koordinator 1000 guru Surabaya, kak Andra menutup malam itu dengan sebuah kalimat, “Guru memang bertugas sebagai pendidik, namun seorang pendidik tidak harus berprofesi sebagai guru”.
Keesokan harinya kami harus pulang lebih cepat untuk mengantisipasi sebelum hujan turun. Karena bisa dipastikan kami tidak akan bisa pulang hari itu jika hujan turun. Kegiatan Teaching and Traveling ini memang terasa begitu singkat, namun begitu besar harapan kami agar bisa bermanfaat untuk sesama, khususnya adek-adek suku tengger yang harus tetap bersemangat menuntut ilmu namun jauh dari fasilitas yang memadai. Setidaknya, kedatangan kami  mampu menambah semangat bagi mereka dan menumbuhkan kesadaran bersama bahwa kita harus berjuang bersama-sama untuk diri kita sendiri, orang tua kita, agama kita, dan untuk Bangsa kita. Terimakasih 1000 Guru. Semoga selalu bermanfaat dan menginspirasi kita semua.

           

 








Post a Comment

0 Comments