Flipped Classroom Model: Melahirkan Budaya Belajar Baru
Rizka Elma Karunia, S.Pd. Gr.
Pandemi Covid-19 secara tiba-tiba hadir tanpa permisi memberikan dampak yang luar
biasa bagi kehidupan, hampir seluruh aspek terdampak termasuk aspek pendidikan.
Merumahkan Pendidikan formal terjadi sejak pertengahan Maret 2020, hal tersebut sesuai
dengan Surat Edaran dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 4 tahun 2020, guna menekan penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) yang
semakin meningkat, proses pembelajaran yang biasanya berlangsung tatap muka antara
pendidik dan peserta didik harus berganti konsep 180 derajat, secara penuh proses belajar
peserta didik harus dilaksanakan dari rumah dan guru hanya bisa memantau secara jarak jauh.
Guru dan siswa yang biasanya tidak terlalu dekat dengan teknologi, mau tidak mau
harus mendekatkan diri dengan teknologi, karena teknologi menjadi salah satu solusi utama
dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Disinilah konsep pendidikan sepanjang hayat
juga berlangsung, bukan hanya peserta didik yang harus belajar secara terus menerus, namun
guru sebagai pendidik juga harus terus belajar untuk bisa memanfaatkan teknologi sebaik
mungkin dan terus belajar untuk mencari model pembelajaran yang efektif guna diterapkan
dalam Pembelajaran Jarak Jauh ini. Belajar pun dapat dilakukan dalam berbagai cara, yakni
belajar secara mandiri dengan mengakses internet ataupun dengan mengikuti pelatihan-pelatihan.
Keprofesionalitasan pendidik yang sesungguhnya diuji, pandemi yang berhasil
menghentikan banyak aktifitas manusia, tidak boleh dijadikan alasan untuk menghentikan
langkah dalam mengabdi. Proses pembelajaran tidak boleh dibiarkan mengalir begitu saja,
atau hanya berlangsung sebagai formalitas saja, guru harus lebih membuka mata, hati, dan
pikiran untuk mencari langkah yang tepat agar pembelajaran selama pandemi tetap bermakna,
menyenangkan, dan interaktif bagi peserta didik. Di tengah kesulitan yang melanda seluruh
dunia ini, tentunya rasa khawatir, was-was, lelah, bahkan putus asa bisa saja dengan mudah
menghampiri. Dengan demikian, guru harus meningkatkan kesadaran diri akan tugas dan
tanggung jawabnya berkali-kali lipat. Guru harus mengingat bahwa tanggung jawab yang
dipegang bukan hanya untuk dirinya, namun juga untuk puluhan kepala yang bisa disebut
siswanya
Pembelajaran darurat di masa pandemi Covid-19 yang dilakukan secara daring dapat
dijadikan proses pembentukan kebiasaan baru, jika selama ini sulit mengubah pembelajaran
yang menekankan students center, maka inilah saat yang tepat. Karena konsep pembelajaran
yang biasanya sangat bergantung pada guru tidak sesuai dengan karakteristik pembelajaran
dari rumah, dimana siswa harus lebih aktif dan mandiri dalam mencari pengetahuan. Model
pembelajaran flipped classroom adalah salah satu solusinya. Model pembelajaran flipped
classroom adalah membalik aktivitas pembelajaran, peserta didik harus mempelajari materi
terlebih dahulu secara mandiri sehingga ketika pertemuan kelas berlangsung, guru tidak lagi
berceramah menyampaikan materi, namun langsung melakukan aktivitas diskusi dan tanya
jawab dengan peserta didik untuk menguatkan materi. Dengan model pembelajaran ini,
peserta didik tentunya juga akan merasakan “Merdeka Belajar” karena mereka bisa aktif
belajar sesuai gaya belajar masing-masing.
Tahapan penerapan model flipped classroom yang bisa dilakukan saat peserta didik
belajar dari rumah adalah sebagai berikut:
1. Sebelum Pembelajaran (2 atau 3 hari sebelum kelas maya):
a. Peserta didik mempelajari materi melalui bahan belajar yang disediakan guru atau
sumber belajar lainnya.
b. Saat belajar secara mandiri, peserta didik dapat menulis catatan, menulis
pertanyaan untuk ditanyakan saat diskusi kelas, dan mengerjakan latihan soal dari
guru.
2. Saat Pembelajaran:
Pelaksanaan kelas online dengan aplikasi google meet, zoom, ataupun aplikasi video conference lainnya. Pada tahap ini aktivitasnya adalah diskusi terkait materi
yang sudah dipelajari siswa secara mandiri, penguatan dari guru terhadap konsep
materi, dan pengerjaan soal latihan bersama.
3. Setelah Pembelajaran:
a. Pemberian tes mandiri sebagai evaluasi pembelajaran.
b. Evaluasi oleh guru.
Walaupun peserta didik diberi kebebasan dalam belajar secara mandiri, guru tetap harus
memberikan panduan yang jelas serta bahan belajar yang menarik. Dalam menyiapkan bahan
belajar untuk siswa, guru dapat menggunakan berbagai macam media baik teks, audio,
ataupun video. Dalam hal ini, ada 2 keterampilan guru yang diuji yakni: 1) Membuat media
pembelajaran dan 2) Memanfaatkan media pembelajaran yang sudah ada. Dalam membuat media pembelajaran guru harus melewati 3 tahap: 1) Pra-produksi,
guru harus membuat perencanaan, menentukan capaian Kompetensi Dasar dan Indikator, dan
rancangan media yang akan dibuat. 2) Tahap kedua adalah produksi, jika membuat video
pembelajaran maka mulai melakukan pengambilan gambar atau video dengan gadget ataupun
kamera video dan untuk membuat media pembelajaran interaktif dapat menggunakan aplikasi
Articulate storyline. 3) Tahap ketiga adalah pasca-produksi, yakni tahap editing. Jika
membuat video pembelajaran, dalam mengedit bisa menggunakan aplikasi kinemaster atau
filmora karena termasuk mudah dipelajari untuk umum.
Memanfaatkan media pembelajaran yang sudah ada juga membutuhkan keterampilan
khusus, guru harus memperhatikan aspek isi materi dan kemenarikan medianya. Pemanfaatan
sumber belajar dari pemerintah seperti Portal Rumah Belajar dari Pusdatin Kemdikbud RI
juga dapat dimaksimakan. Pemilihan aplikasi tak berbayar dalam pemberian bahan ajar untuk
siswa juga harus diperhatikan, salah satunya adalah pemanfaatan google sites, dimana guru
dapat dengan mudah menyajikan materi dalam berbagai bentuk media dan mempermudah
pengarsipan materi lama hingga terbaru.
Saat proses peserta didik mencoba menggali pengetahuan dan informasi secara
mandiri, dibiasakan secara terus menerus, maka proses belajar secara mandiri itu akan
membudaya pada diri siswa dan mereka juga akan menemukan cara belajar seperti apa yang
mereka sukai. Jika hal tersebut berkembang pada diri semua siswa, tentunya akan
memberikan dampak yang luar biasa. Selain membentuk budaya belajar baru, model flipped
classroom juga bisa mematahkan pandangan bahwa satu-satunya sumber belajar adalah guru.
Dalam pelaksanaannya, tentu dibutuhkan kerja sama guru dengan orang tua peserta didik.
Karena peran orang tua dalam pembelajaran dari rumah ini meningkat tajam, orang tua yang
bisa memantau langsung proses belajar peserta didik.
Tidak semua siswa dapat mengikuti pertemuan kelas online karena berbagai alasan,
seperti gadget dibawa orang tua bekerja, oleh karena itu tahap bimbingan dari guru tentunya
tidak hanya berlangsung dalam pertemuan kelas online melalui google meet atau zoom saja,
guru harus memberikan kesempatan konsultasi 24 jam, sehingga semua peserta didik merasa
mendapat kesempatan yang sama.
Bagaimanapun kondisinya, pembelajaran memang harus dilaksakan dengan maksimal.
Mengubah masalah menjadi peluang untuk perubahan menuju kebaikan adalah salah satu
pemikiran yang dapat dikembangkan. Berkeluh kesah dan meratapi hanya akan melemahkan,
namun berusaha bangkit dan melakukan perubahan walaupun sangat kecil akan jauh lebih
baik. Pembelajaran dengan model flipped classroom tidak hanya merubah aktivitas
pembelajaran, namun jika dilaksanakan dengan maksimal dan konsisten, akan mampu
merubah budaya belajar dan kesadaran akan kebutuhan belajar pada diri siswa.
0 Comments